BAGAIMANA FILSAFAT MEMANDANG AGAMA DAN KONSEP KETUHANAN
Oleh: Uray Andre Baharudin S. Tr. Pi
Tulisan saya kali ini saya tidak bermaksud untuk menyinggung satu agama tertentu. Saya ingin menjelaskan, bagaimana filsafat memandang agama dan konsep ketuhanan berdasarkan "perspektif" saya aja karena menurut saya hal ini sangat penting untuk diangkat melalui tulisan saya.
Penting dipahami dulu, apa itu filsafat? Jadi yang dimaksud dengan filsafat adalah salah satu ilmu yang membahas tentang hakikat keberadaan manusia, jagat raya, dan yang paling penting adalah atas Tuhan atau yang sering disebut sebagai konsep ketuhanan.
Konsep ketuhanan sendiri merujuk pada keyakinan akan adanya "entitas" atau kekuatan yang lebih tinggi dari manusia yang mengatur seluruh kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu, agama juga menjadi hal yang erat kaitannya dengan konsep ketuhanan. Namun, bagaimana sebenarnya filsafat memandang agama dan konsep ketuhanan? Berikut adalah penjelasannya:
1. Agama sebagai jalan menuju kebenaran
Menurut pandangan filsafat, agama seharusnya bukan dipandang sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai kebenaran yang hakiki. Sebab, kebenaran yang sejati bukanlah milik agama tertentu melainkan milik seluruh umat manusia tanpa pandang agama, suku, dan ras. Maka dari itu, filsafat memandang agama sebagai cara menuju kebenaran dan bukan sebagai satu-satunya jalan dalam mencapainya.
2. Konsep ketuhanan sebagai hakikat keberadaan
Konsep ketuhanan pada filsafat bukan hanya mencakup keyakinan terhadap adanya Tuhan yang mengatur seluruh kehidupan manusia dan alam semesta. Lebih jauh dari itu, konsep ini juga menyangkut tentang hakikat keberadaan manusia, tugas, dan tujuan hidupnya, serta hubungannya dengan Tuhan. Sehingga, konsep ketuhanan dalam filsafat bukan hanya tentang keyakinan semata, melainkan mencakup ranah yang lebih luas dan kompleks.
3. Kritik terhadap dogma agama
Filsafat juga memiliki pandangan yang kritis terhadap dogma dalam agama. Kritik ini ditujukan pada kecenderungan agama untuk mengikat pemikiran manusia dalam doktrin tertentu tanpa memperhatikan kebenaran yang hakiki. Hal ini, dianggap bertentangan dengan prinsip filsafat yang mengedepankan kebebasan berpikir dan penilaian yang rasional.
4. Moderasi dalam beragama
Filsafat juga menekankan pentingnya prinsip moderasi dalam beragama. Menurut filsafat, kefanatikan dan ekstremisme dalam agama dapat membawa dampak negatif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, seseorang seharusnya tidak hanya fokus pada aspek-aspek keagamaan semata, tetapi juga memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan politik dalam kehidupan.
Kesimpulannya, filsafat memandang agama dan konsep ketuhanan sebagai bagian dari kehidupan manusia yang harus dipandang secara luas dan rasional. Agama dan konsep ketuhanan seharusnya tidak dipandang sebagai satu-satunya jalan dalam mencapai kebenaran, melainkan sebagai sarana menuju kebenaran yang hakiki.
Kritik dan moderasi juga perlu diperhatikan dalam melaksanakan agama untuk menghindari kecenderungan dogmatisme dan ekstremisme yang dapat membawa dampak negatif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Salam saya sarjana blogger.
Oh iya kang klo semisal belajar agama tapi tidak doktrin/dogma bagaimana? Hehe... Akang tidak benci agama kan ya? Justru penasaran? Kalau mau sih bisa coba iseng pelajari ttg tanpa perlu menjudge dulu agamanya
BalasHapusOkee, terima kasih atas pertanyaannya menurut saya ini pertanyaan yang sangat menarik. Mengapa??? Sebab, jika seseorang memilih untuk belajar agama tanpa mengikuti dogma agama. Itu sepenuhnya sesuai dengan kebebasan individu untuk menafsirkan agama dengan cara mereka sendiri. Perlu diluruskan dulu sebab, saya bukan tidak suka dengan "agamanya" tapi saya hanya tidak menyukai "oknum" yang mengatasnamakan "agama".
BalasHapus